ArticlePDF AvailableAbstractThe evolution of communication network comes from the need for users to stay connected anytime and anywhere. Modernization of the network continues to be done to increase bandwidth capacity in order to obtain an increase in multimedia services, especially in urban areas. Of various transmission media, optical fiber is the best choice to support reliable communication networks. One of the optical fiber communication technologies is Fiber to the Home FTTH. This study proposes FTTH network design with Gigabit Capable Passive Optical Network GPON technology aimed at housing in urban areas. The design uses aerial and duct-aerial cabling systems. The design analysis is carried out based on the parameters of the link power budget, rise time, Bit Error Rate BER, components and costs required. The value of the power budget link for the uplink and downlink are dBm and dBm. The rise time value for uplink and downlink are ns and ns, while the BER value is x 10-12. The calculation results show that the design meets the required parameters, hence, the proposed network can be implemented. For the cost components required by the aerial system, it is less than of the ductaerial sistem. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeAuthor contentAll content in this area was uploaded by Catur Apriono on Apr 05, 2021 Content may be subject to may be subject to copyright. Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 1,2,3,4,5 Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, Jawa Barat 16424 INDONESIA telp021-7270078; email 4, 5catur Perancangan Jaringan Fiber to the Home FTTH pada Perumahan di Daerah Urban Fiber to the Home FTTH Network Design at Housing in Urban Areas Sahid Ridho1, A’isya Nur Aulia Yusuf2, Syaniri Andra3, Dinari Nikken Sulastrie Sirin4, Catur Apriono5 Abstract—The evolution of communication network comes from the need for users to stay connected anytime and anywhere. Modernization of the network continues to be done to increase bandwidth capacity in order to obtain an increase in multimedia services, especially in urban areas. Of various transmission media, optical fiber is the best choice to support reliable communication networks. One of the optical fiber communi-cation technologies is Fiber to the Home FTTH. This study proposes FTTH network design with Gigabit Capable Passive Optical Network GPON technology aimed at housing in urban areas. The design uses aerial and duct-aerial cabling systems. The design analysis is carried out based on the parameters of the link power budget, rise time, Bit Error Rate BER, components and costs required. The value of the power budget link for the uplink and downlink are dBm and dBm. The rise time value for uplink and downlink are ns and ns, while the BER value is x 10-12. The calculation results show that the design meets the required parameters, hence, the proposed network can be implemented. For the cost components required by the aerial system, it is less than of the duct-aerial sistem. Intisari—Evolusi jaringan komunikasi hadir dari kebutuhan pengguna untuk tetap terkoneksi kapan pun dan di mana pun. Modernisasi jaringan terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas bandwidth agar didapatkan peningkatan layanan multimedia, terutama di kawasan urban. Dari berbagai media transmisi, fiber optic menjadi pilihan terbaik untuk mendukung jaringan komunikasi yang andal. Salah satu teknologi komunikasi fiber optic adalah Fiber to the Home FTTH. Makalah ini mengusulkan perancangan jaringan FTTH dengan teknologi Gigabit Capable Passive Optical Network GPON yang ditujukan pada perumahan di daerah urban. Perancangan menggunakan sistem pengkabelan aerial dan duct-aerial. Analisis perancangan dilakukan berdasarkan parameter link power budget, rise time, Bit Error Rate BER, komponen, dan biaya yang dibutuhkan. Nilai link power budget untuk uplink dan downlink masing-masing sebesar -22,792 dBm dan -23,120 dBm. Nilai rise time untuk uplink dan downlink sebesar 0,256 ns dan 0,258 ns, sedangkan nilai BER sebesar 14,628 x 10-12. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perancangan telah memenuhi parameter yang dipersyaratkan sehingga jaringan yang diusulkan dapat diimplementasikan. Untuk komponen biaya yang dibutuhkan, sistem aerial membutuhkan 11,56% lebih sedikit biaya daripada sistem duct-aerial. Kata Kunci—FTTH, Link Power Budget, Rise Time Analysis, BER. I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi didorong oleh kebutuhan dan permintaan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Evolusi jaringan komunikasi yang cepat dari jaringan telepon hingga jaringan dengan area luas berkecepatan tinggi saat ini hadir dari kebutuhan sosial manusia untuk berkomunikasi satu sama lain, peningkatan permintaan pengguna untuk berbagai aplikasi baru, serta kemajuan dalam teknologi. Perubahan yang cepat pada jaringan telekomunikasi juga didorong oleh kebutuhan pengguna agar tetap terkoneksi kapan pun dan di mana pun. Berbagai aplikasi baru, seperti layanan multimedia, video conference, permainan interaktif, dan layanan internet, semuanya membutuhkan bandwidth yang sangat besar. Di samping itu, pengguna menginginkan jaringan yang memberikan layanan terbaik dan efisien [1]. Modernisasi jaringan terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas bandwidth agar didapatkan peningkatan layanan multimedia video, voice, dan data. Media transmisi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah fiber optic. Komunikasi fiber optic adalah teknologi komunikasi yang menggunakan pulsa cahaya untuk mentransfer informasi dari satu titik ke titik lain melalui optical fiber fiber optic. Fiber optic dipilih di antaranya karena memiliki bandwidth yang besar, loss dan biaya rendah, ringan, tahan terhadap gangguan elektromagnetik, dan berbagai gangguan lainnya noise [1]. Salah satu teknologi komunikasi dengan memanfaatkan fiber optic adalah Fiber to the Home FTTH. FTTH merupakan pembangunan infrastruktur jaringan fiber optic ke pelanggan atau rumah tinggal [2]. FTTH menjadi penting karena tingkat kepadatan penduduk pelanggan dan kebutuhan akan internet semakin tinggi. Selain itu, FTTH juga mampu menjadi sarana untuk mendukung program Indonesia Digital Network IDN yang dicanangkan pemerintah Indonesia. Beberapa penelitian tentang FTTH telah dilakukan, seperti perancangan jaringan FTTH menggunakan teknologi Gigabit Capable Passive Optical GPON [2]–[4]. Pada penelitian tersebut dibahas perancangan jaringan FTTH untuk perumahan di daerah Purwakarta dengan teknologi GPON [2]. Analisis perancangan yang dilakukan mencakup perhitungan link power budget, rise time analysis, dan Bit Error Rate BER. Pada perancangan lainnya, untuk jaringan FTTH menggunakan GPON di wilayah Bandung, juga digunakan ISSN 2301 – 4156 Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 parameter perancangan link power budget, rise time analysis, dan BER [3], [4]. Namun, perancangan jaringan yang telah dilakukan belum menjangkau jumlah komponen dan biaya yang dibutuhkan serta analisis potensi masalah dan dampak yang ditimbulkan dari perancangan jaringan FTTH. Makalah ini membahas usulan rancangan topologi jaringan FTTH yang ditujukan untuk kawasan urban, secara lebih spesifik adalah perumahan. Penelitian mencakup Perumahan Islam Thoyibah yang terletak di kawasan Cibitung, Kabupaten Bekasi. Perumahan ini dipilih karena lokasinya yang strategis berada di kawasan industri yang dekat dengan kota Jakarta. Cibitung juga menjadi lokasi yang memiliki tingkat kebutuhan properti sangat tinggi. Hal ini juga disebabkan oleh mobilisasi dari dan ke Cibitung yang tergolong cukup mudah. Perumahan Islam Thoyibah sendiri merupakan perumahan yang dihuni cukup banyak penduduk dan memiliki minat pembeli yang tinggi, sehingga potensi pelanggan jaringan FTTH pun diprediksi cukup besar. Selain itu, analisis terhadap desain jaringan dilakukan dari segi perhitungan link power budget, rise time analysis, BER, komponen dan biaya yang dibutuhkan, serta potensi masalah dan dampak dari topologi jaringan yang diusulkan. Susunan makalah ini adalah sebagai berikut. Bagian II menjabarkan tentang dasar teori dalam FTTH. Bagian III menunjukkan desain jaringan FTTH yang diusulkan, komponen dan biaya yang dibutuhkan, serta perhitungan link power budget, rise time analysis, dan BER. Bagian IV menjelaskan analisis hasil perhitungan serta potensi masalah dan dampak yang terjadi dalam perancangan FTTH, sedangkan bagian terakhir menyajikan kesimpulan. II. TEKNOLOGI GPON PADA FTTH A. Fiber Optic Fiber optic adalah media transmisi telekomunikasi yang berupa sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu titik ke titik yang lain. Sumber cahaya yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal biasanya adalah laser dan LED. Fiber optic memiliki kecepatan transmisi yang begitu tinggi, sehingga sangat baik untuk digunakan sebagai saluran telekomunikasi modern [2]. Secara garis besar, sistem komunikasi fiber optic terdiri atas sumber optik yang berfungsi sebagai pemancar, kabel fiber optic yang berfungsi sebagai media transmisi, dan photodetector yang berfungsi sebagai penerima. Struktur dasar sebuah fiber optic terdiri atas tiga bagian, seperti ditunjukkan pada Gbr. 1, yaitu core inti, cladding kulit, dan coating jaket. B. Gigabit Capable Passive Optical Network GPON GPON adalah salah satu teknologi akses yang termasuk sebagai broadband access yang berbasis kabel fiber optic sebagai media transpor ke pelanggan. GPON juga merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T dengan menggunakan standar dan sering disebut sebagai teknologi FTTx [5]. Gbr. 1 Struktur fiber optic [2]. Pada GPON, informasi dari sentral didistribusikan ke pelanggan menggunakan pembagi daya yang dikirim splitter pada beberapa percabangan, sehingga mampu untuk menjangkau banyak pelanggan. Kecepatan data downstream bekerja pada 2,488 Gbps dan untuk upstream pada 1,244 Gbps. Keamanan downstream menggunakan enkripsi 128 bit. Maksimum jumlah percabangan pada GPON adalah 164, sedangkan maksimal jarak dari OLT sampai ONT adalah 20 km. Untuk mengirimkan data secara upstream dan downstream melalui fiber optic single mode, GPON menggunakan teknologi Wavelength Division Multiplexing WDM. Pemisahan sinyal upstream dan downstream melalui fiber optic yang sama dari pengguna yang berbeda menggunakan teknologi broadcast technology untuk transmisi data downstream dan Time Division Multiple Access TDMA untuk transmisi data upstream. C. Fiber to the Home FTTH FTTH merupakan jaringan akses yang menggunakan fiber optic sebagai media transmisi untuk disalurkan ke pelanggan perumahan dengan arsitektur dari Jaringan Lokal Akses Fiber Jarlokaf yang memungkinkan penarikan kabel optik sangat dekat dengan pelanggan perumahan dari sentral [6], [7]. Dalam arsitektur FTTH, sinyal optik dengan panjang gelombang nm digunakan pada downstream dan sinyal optik dengan panjang gelombang nm pada upstream. FTTH sendiri memiliki beberapa kelebihan, di antaranya sebagai berikut [7]. • Tersedianya range yang lebar untuk layanan hiburan. • Menawarkan layanan suara, video, dan data yang lebih baik. • Mendukung pengembangan dan peningkatan jaringan komunikasi masa depan. D. Perangkat FTTH 1 Optical Line Termination Optical Line Termination OLT adalah perangkat yang berfungsi sebagai end-point dari layanan jaringan GPON. OLT menyediakan interface dengan penyedia layanan service provider telepon, video, dan data. Fungsi utama OLT adalah melakukan konversi sinyal listrik dalam jaringan fiber optic yang menggunakan jaringan GPON [1]. Komponen OLT yang digunakan dalam perancangan ini adalah OLT ZTE ZXA10 C320. 2 Optical Distribution Cabinet Kabel feeder dari OLT akan terhubung ke Optical Distribution Cabinet ODC. ODC Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... ISSN 2301 – 4156 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 berfungsi sebagai tempat instalasi sambungan jaringan fiber optic. ODC ini biasanya berbentuk kotak atau kubah dome yang berisi splitter, splicing, konektor, dan terdapat ruang manajemen kabel fiber dengan kapasitas tertentu [6]. Komponen splitter di dalam ODC merupakan komponen pasif yang memisahkan daya optik dari satu input ke beberapa output fiber. Di dalam perancangan jaringan, besarnya redaman setiap splitter menentukan pemilihan jenis splitter. 3 Optical Distribution Point Optical Distribution Point ODP merupakan output dari ODC yang terhubung ke masing-masing Optical Network Termination ONT/ONU. Perangkat ODP dapat berisi splitter room, konektor adaptor, optical pigtail, dan dilengkapi ruang manajemen fiber dengan kapasitas tertentu [4]. Komponen ODP yang digunakan dalam perancangan ini menggunakan ODP Pole Fiber Optic 24 Core. 4 Optical Network Termination ONT merupakan perangkat pada sisi pelanggan yang menyediakan interface, baik data, telepon, maupun video. ONT mengubah sinyal optik yang ditransmisikan dari OLT dan mengubahnya menjadi sinyal elektrik yang diperlukan [8], [9]. 5 Konektor Konektor merupakan perlengkapan kabel fiber optic yang berfungsi sebagai sambungan ujung terminal sebagai penghubung kabel fiber optic. Konektor tersedia dalam beberapa jenis yang berbeda bentuk, yang tergantung pada kebutuhan implementasinya. E. Kinerja Sistem Dalam merancang sistem telekomunikasi, perlu dilakukan analisis jaringan untuk mengetahui kinerja sistem yang dirancang. 1 Link Power Budget Link power budget adalah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui batasan redaman total yang diizinkan antara daya output pemancar dan sensitivitas penerima [7]. Berdasarkan standar ITU-T redaman total tidak lebih dari 28 dB atau Pr > -28 dBm [10]. Total redaman sistem αtot dalam dB dapat diperoleh dari 1. L adalah panjang fiber optic km; αfiber adalah redaman fiber optic dB/km; Nc dan Ns adalah jumlah konektor dan jumlah sambungan; αc dan αs adalah redaman konektor dB/buah dan redaman sambungan dB/sambungan; dan αsp adalah redaman splitter dB. tot fiber + Ncc s Sp 1Besarnya nilai daya yang diterima oleh detektor didapatkan menggunakan 2. Prx adalah daya pada detektor dBm; Pt adalah daya output sumber optik dBm; dan Ms adalah margin sistem sekitar 6–8 dB. Persamaan 3 merupakan persamaan untuk melakukan perhitungan margin daya M dalam dBm, dengan Pr adalah sensitivitas daya maksimum detektor dBm. Prx = Pt – tot – Ms 2 M = Pt – Pr – tot – Ms 3 2 Rise Time Analysis Rise time analysis merupakan suatu metode untuk menentukan batasan dispersi pada suatu jaringan fiber optic untuk menganalisis kinerja jaringan terkait kapasitas kanal [10], [11]. Biasanya penurunan total waktu transisi pada jaringan digital bernilai ≤ 70% dari satu periode bit Non-Return-to-Zero NRZ. Total rise time sistem dapat dihitung menggunakan 4, dengan ttotal adalah total rise time sistem ns; ttx adalah rise time pemancar ns; tintramodal adalah tmaterial + twaveguide ns; tintermodal sebesar 0 untuk fiber optic single mode; dan trx adalah rise time penerima ns. Persamaan 5 digunakan untuk memperoleh rise time maksimum dari bit rate NRZ, dengan Tr adalah rise time maksimum ns dan Br adalah bit rate Gbps. Rise time material dapat diperoleh menggunakan 6, dengan tmaterial adalah rise time material; Δ adalah lebar spektral nm; L adalah panjang fiber optic km; dan Dm adalah dispersi material ps/ ttotal = ttx2 + tintramodal2 + tintermodal2 + trx21/2 4 Tr = 0,7/Br 5 tmaterial m 6 Tahap selanjutnya adalah mendapatkan rise time waveguide menggunakan 7. Nilai Δs, V, dan dVb/dv didapatkan menggunakan 8 sampai 10. twaveguide adalah rise time waveguide; C adalah kecepatan cahaya 3 x 108 m/s; n2 adalah indeks bias selubung; n1 adalah indeks bias inti; Δs adalah selisih indeks bias inti dan selubung; V adalah frekuensi dinormalkan; λ adalah panjang gelombang; dan a adalah jari-jari inti dari fiber optic. = [ + ] 7 s = n1 – n2/n1 8 = 2 9 = 1 + 10 3 Bit Error Rate BER di dalam sistem transmisi digital merupakan parameter tingkat kesalahan bit yang diterima pada sisi penerima untuk meninjau kualitas sinyal [6]. Di dalam FTTH, nilai BER yang harus dipenuhi pada rentang 10 sampai dengan 10. Nilai BER dapat didekati menggunakan 11 dan 12. Q adalah quantum noise dan Pe adalah probability error. Kualitas komunikasi yang baik memiliki batasan minimum S/N untuk sistem komunikasi optik sebesar 21,5 dB BER = 10. S/N merupakan perbandingan signal power dengan noise power pada satu titik yang sama. Nilai S/N dapat diperoleh menggunakan 13. S/N pk/rms = 20 log 2Q 11 BER = PeQ = x 12 Signal-to-Noise RatioS/N pk/rms = 13 Daya sinyal signal power merupakan kuatnya sinyal transmit yang diterima pada penerima. Besarnya daya sinyal yang diterima oleh penerima dapat dicari menggunakan 14, dengan adalah daya sinyal yang diterima detektor W; ISSN 2301 – 4156 Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 = adalah nilai responsivity A/W; adalah nilai efisiensi quantum %; h adalah konstanta Plank 6,626 x 10 ; hv adalah energi foton kWh; q adalah 1,6 x 10 ; dan M adalah nilai penguatan daya sinyal pada detektor cahaya jika menggunakan APD. Signal Power = 2 14 Noise Power dihasilkan dari tiga noise, yaitu dark current, thermal noise, dan shot noise. Penjumlahan dari ketiga jenis noise tersebut menghasilkan noise power seperti pada 15. Dark Current, yang merupakan arus balik kecil yang mengalir karena adanya reverse bias diode, didapatkan dengan menggunakan 16. Q adalah muatan elektron 1,6 x 10 C; i adalah dark current A; dan B adalah bandwidth detector cahaya Hz. Total Noise= Noise dark current+ thermal noise+ shot noise15 Noise dark current= 2 q 16 Thermal noise yang merupakan gangguan yang berasal dari perubahan temperatur komponen-komponen elektronik yang diperoleh menggunakan 17. Sedangkan shot noise merupakan adanya ketidaklinearan yang dirumuskan dengan 18. K adalah konstanta Boltzman 1,38 x 10 /; B adalah bandwidth Hz; adalah effective noise temperatur k; adalah equivalent resistance ohm; FM adalah noise figure pada sistem fiber optic; dan FM = M. Thermal Noise= 17 Shot Noise = 2q 2FM 18 III. PERANCANGAN JARINGAN FTTH Proses perancangan dilakukan untuk mempermudah proses analisis jaringan FTTH yang dibangun. Proses perancangan yang tepat dapat mencegah risiko, baik secara teknis dan nonteknis. Risiko secara teknis dapat berlangsung pada penentuan spesifikasi, jumlah, dan penempatan peralatan jaringan FTTH. Penentuan spesifikasi peralatan yang benar dapat menghindari kesalahan pada saat pembelian peralatan FTTH yang diperlukan, sehingga dapat mengantisipasi kelebihan atau kekurangan peralatan yang dibutuhkan. Pada proses penempatan peralatan FTTH, dapat diantisipasi kesalahan penempatan peralatan. Risiko nonteknis dapat mencakup proses perizinan yang diperlukan, baik kepada pemerintah setempat maupun kepada masyarakat di sekitar lokasi pemasangan jaringan FTTH. Selain itu, tahap ini dapat membantu dalam menyosialisasikan proses pembangunan jaringan FTTH. Perancangan juga membantu dalam hal menentukan Sumber Daya Manusia SDM yang dibutuhkan. Perancangan jaringan yang baik juga dapat menghemat waktu dan biaya yang diperlukan dalam mengimplementasikan jaringan FTTH. A. Diagram Perancangan Untuk mempermudah proses perancangan, diperlukan adanya diagram alir yang menggambarkan tahapan perancangan yang harus dilakukan. Gbr. 2 merupakan diagram alir perancangan jaringan FTTH. Pada awal perancangan dilakukan penentuan lokasi perancangan. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data perancangan yang terdiri atas jumlah potensi konsumen, peta lokasi konsumen, perhitungan jarak yang dibutuhkan, dan titik penempatan perangkat FTTH. Data-data yang didapat digunakan untuk proses perhitungan banyaknya perangkat yang dibutuhkan. Setelah didapat data perancangan dan diketahui banyaknya perangkat yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan jaringan. Perancangan jaringan terdiri atas penentuan lokasi peletakan perangkat pada area perancangan. Tahap berikutnya adalah analisis kelayakan yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut. 1. Analisis potensi masalah, dampak, dan penyelesaian. 2. Analisis link power budget, analisis rise time budget, dan analisis BER. Analisis dilakukan pada sisi downlink OLT ke ONT dan sisi uplink ONT ke OLT untuk perhitungan menggunakan jarak terjauh dan terdekat OLT ke ONT pada proses downlink dan ONT ke OLT pada proses uplink. Jarak terjauh dan terdekat dapat Gbr. 2 Diagram alir perancangan jaringan FTTH. Gbr. 3 Lokasi perancangan sumber Google Map. Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... ISSN 2301 – 4156 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 menggambarkan analisis link power budget pada keseluruhan jaringan. 3. Analisis biaya material dan SDM. Pada analisis ini akan didapat jenis, jumlah, biaya perangkat, dan biaya SDM instalasi perangkat FTTH. B. Penentuan Lokasi Perancangan Lokasi perancangan jaringan FTTH berada di Perumahan Kampung Islam Thoyibah, Cibitung. Perumahan ini memiliki sebelas kompleks perumahan, dari kompleks A hingga kompleks K, dengan rata-rata 22 rumah per kompleks dan jumlah total perumahan sebanyak 229 rumah. Perumahan ini memiliki lokasi yang strategis, berdekatan dengan fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit umum, dan pasar, akses transportasi umum seperti Stasiun Cibitung dan Stasiun Cikarang, dan pada kawasan Cibitung lokasi perumahan ini berada terdapat beberapa perumahan lainnya, baik yang sudah dibangun maupun yang akan dibangun, yang merupakan potensi tumbuhnya calon konsumen dan pengembangan jaringan FTTH. Lokasi penempatan OLT berjarak sekitar 1,6 km dari lokasi perancangan, seperti ditunjukkan pada Gbr. 3. C. Pengumpulan Data Perancangan Perumahan terdiri atas sebelas kompleks perumahan, yaitu kompleks A dengan 18 rumah, kompleks B dengan 20 rumah, kompleks C dengan 21 rumah, kompleks D dengan 21 rumah, kompleks E dengan 18 rumah, kompleks F dengan 22 rumah, kompleks G dengan 22 rumah, kompleks H dengan 22 rumah, kompleks I dengan 21 rumah, kompleks J dengan 16 rumah, dan kompleks K dengan 28 rumah. Total jumlah rumah adalah 229 rumah, seperti ditunjukkan pada Gbr. 4. Gbr. 5 Usulan arsitektur jaringan FTTH. D. Perancangan Jaringan Tahap berikutnya adalah perhitungan kebutuhan perangkat FTTH. Perhitungan dimulai dari banyaknya perangkat ONT yang akan digunakan. Tahap berikutnya adalah penentuan jenis dan jumlah splitter pada ODC dasar pertimbangan jenis dan jumlah splitter sama dengan penentuan jenis dan jumlah pada ODP. Terakhir, dilakukan penentuan jumlah core kabel feeder dari OLT. Kabel feeder terhubung dari ODC ke OLT. Dalam makalah ini digunakan satu buah OLT. Gbr. 5 menunjukkan usulan arsitektur jaringan FTTH. Setiap pelanggan memiliki perangkat ONT. Dari jumlah perangkat ONT yang ada, diperoleh jumlah splitter 18 pada ODP sebanyak 29 splitter. Dari jumlah 29 splitter 18 pada ODP, didapatkan jumlah splitter 14 di ODC sebanyak delapan splitter 14, sehingga banyaknya core kabel feeder dari ODC ke OLT yang dibutuhkan diperoleh, yaitu sebanyak delapan core kabel feeder. Gbr. 4 Data jumlah rumah pada lokasi perancangan. ISSN 2301 – 4156 Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 Setelah didapatkan jumlah kebutuhan perangkat jaringan FTTH, tahap berikutnya adalah penentuan peletakan posisi perangkat FTTH. Gbr. 6 menunjukkan posisi dan jarak perangkat FTTH. Pemasangan perlu memperhitungkan ketepatan pemasangan dan mengoptimalkan penggunaan jumlah ODP [4]. Perangkat ODP di dalamnya menggunakan dua buah splitter 18. ODP diposisikan di antara pelanggan yang penarikan fiber optic-nya dari dua buah splitter 18 tersebut. Sedangkan splitter yang terhubung dengan ODC ditempatkan pada satu ODC yang sama. ODC diletakkan di dekat pintu masuk perumahan. Setelah peletakan perangkat FTTH diketahui, berikutnya adalah perhitungan jarak antar perangkat dari OLT sampai ke ONT. Jarak ini mengindentifikasikan panjang kabel fiber optic yang dibutuhkan. Dari jarak yang didapat, ditambahkan 10% sebagai panjang kabel yang didapatkan. Penambahan panjang kabel ini dipertimbangkan untuk cadangan kabel dalam implementasi rancangan. Gbr. 6 menunjukkan jarak antar perangkat FTTH dari OLT sampai ONT. Jarak dari OLT sampai ODC adalah sepanjang 1,6 km. Panjang kabel yang dibutuhkan sebesar 1,760 km. Total jarak ODC ke ODP sejauh 1,490 km, sehingga panjang kabel yang dibutuhkan sepanjang 1,650 km. Total jarak ODP ke ONT sejauh 3 km, sehingga panjang kabel yang dibutuhkan sejauh 3,3 km. E. Daftar Material FTTH Daftar material yang digunakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu daftar material dengan sistem aerial dan duct-aerial. Sistem aerial dilakukan dengan meletakkan kabel di udara menggunakan tiang sebagai penyangga. Sistem ini diterapkan Gbr. 6 Posisi dan jarak perangkat FTTH. Gbr. 7 Daftar material sistem aerial dan sistem duct-aerial. Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... ISSN 2301 – 4156 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 pada perangkat OLT sampai ONT. Sistem aerial dipilih karena proses instalasi perangkatnya lebih cepat dan biaya yang relatif lebih murah. Sistem duct-aerial dilakukan dengan menggabungkan pengkabelan di duct di dalam tanah dan pengkabelan di aerial udara. Pengkabelan duct dilakukan dari OLT sampai ke ODC dan penambahan subduct sebagai pelindung tambahan kabel feeder di dalam tanah. Dan untuk pengkabelan aerial dilakukan dari ODC sampai dengan ONT menggunakan tiang untuk penyangga kabel di udara. Gbr. 7 memperlihatkan daftar material sistem aerial dan duct-aerial. Pada Gbr. 7 terlihat, pada perangkat OLT sampai ke perangkat ODC, perbedaan material terdapat pada tiang besi/beton untuk sistem aerial dan subduct pada sistem duct-aerial, sedangkan material lainnya sama. Untuk perangkat ODC sampai ke perangkat ODP dan perangkat ODP ke ONT, material yang dibutuhkan sama untuk sistem aerial dan duct-aerial. Tabel I menyajikan perkiraan biaya material sistem aerial dan duct-aerial. Jumlah material berdasarkan perhitungan perancangan, harga satuan mengikuti harga pasaran yang ada, harga total jumlah dikali harga satuan, dan total keseluruhan didapat dari penjumlahan semua total harga material yang dibutuhkan. Tabel II merupakan perkiraan biaya SDM pada sistem aerial dan duct-aerial. Biaya SDM yang diperlukan di antaranya untuk kegiatan penarikan kabel fiber optic, penggalian tanah, instalasi kabel fiber optic, jasa pemasangan perangkat, jasa splicing, dan jasa pemasangan tiang listrik. Perkiraan biaya masing-masing SDM ditunjukkan pada Tabel II. F. Perhitungan Link Power Budget, Rise Time Analysis, BER Perhitungan link power budget, rise time analysis, dan BER dari dua skenario yang diusulkan, yakni sistem aerial dan duct-aerial, menggunakan perhitungan yang sama. Variabel perhitungan yang diperlukan dalam perhitungan meliputi kabel, splitter, dan perangkat OLT, ODC, ODP, ONT. Perbedaan kedua sistem tersebut terdapat pada penempatan kabel dan beberapa tambahan komponen pendukung. 1 Perhitungan Link Power Budget Perhitungan link power budget dilakukan pada sisi downlink dan uplink untuk jarak terjauh dan terdekat. Parameter yang digunakan dalam perhitungan link power budget ditunjukkan pada Tabel III, yaitu jarak yang dihitung dari OLT ke ONT. Dari nilai-nilai tersebut dan dengan menggunakan 1, diperoleh nilai redaman total. Dari 2, dapat diperoleh besarnya daya yang diterima detektor received power. Maka, dengan menggunakan 3, dapat diperoleh nilai margin daya. Hasil perhitungan link power budget disajikan pada Tabel IV. PERKIRAAN BIAYA MATERIAL SISTEM AERIAL DAN DUCT-AERIAL Nama Material Aerial Duct-Aerial TABEL II PERKIRAAN BIAYA SDM SISTEM AERIAL DAN DUCT-AERIAL No Kegiatan 1 Jasa galian dan penarikan kabel FO tanam per meter per meter 2 Jasa instalasi kabel fiber optic FO per meter per meter Jasa pemasangan OTB, pigtail per unit - per unit - per unit 4 Jasa splicing & OTDR pengujian optical time-domain reflectometer per core per core Jasa pemasangan tiang listrik ISSN 2301 – 4156 Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 Besarnya daya yang diterima detektor pada sisi downlink untuk jarak terjauh sebesar -22,792 dBm dan untuk jarak terdekat sebesar -22,712 dBm. Sedangkan pada sisi uplink, untuk jarak terjauh -23,120 dBm dan untuk jarak terdekat sebesar -22,995 dBm. 2 Perhitungan Rise Time Analysis Perhitungan rise time analysis dilakukan pada sisi downlink dan uplink dengan parameter perhitungan seperti ditunjukkan pada Tabel V. Parameter yang harus diperhatikan dalam perhitungan rise time analysis adalah panjang gelombang λ yang digunakan dalam transmisi. Dari spesifikasi kabel yang digunakan, panjang gelombang transmisi uplink adalah nm, sedangkan untuk transmisi downlink digunakan panjang gelombang nm. Persamaan 5 digunakan untuk mendapatkan rise time maksimum dari bit rate NRZ. Kemudian, dari 4 dapat diperoleh rise time total. Hasil perhitungan rise time analysis diperlihatkan pada Tabel VI. Besarnya rise time total untuk downlink sebesar 0,258 ns dan uplink sebesar 0,256 ns. 3 Perhitungan Bit Error Rate Perhitungan BER dilakukan pada sisi downlink dan uplink, untuk jarak terjauh dan terdekat. Spesifikasi parameter BER ditunjukkan pada Tabel VII. Dari parameter tersebut, diperoleh signal power dan total noise dari sistem yang dirancang, yang kedua variabel tersebut akan menentukan besarnya S/N sistem. Dengan menggunakan 14 diperoleh signal power dengan daya sinyal yang diterima merupakan hasil dari perhitungan daya yang diterima Pr link power budget. Persamaan 15 digunakan untuk mendapatkan besarnya total noise. Setelah didapat signal power dan total noise, digunakan 13 untuk mendapatkan S/N. Quantum noise Q dihitung menggunakan 11. Q digunakan dalam perhitungan BER dengan menggunakan 12. Hasil perhitungan BER ditunjukkan pada Tabel VIII. Besarnya nilai BER untuk downlink jarak terjauh dan terdekat masing-masing adalah 18,58 x 10 dan 55,91 x 10. Sedangkan untuk nilai BER uplink jarak terjauh dan terdekat masing-masing sebesar 14,63 x 10 dan 30,37 x 10. ABEL PARAMETER PERHITUNGAN LINK POWER BUDGET L terjauh/terdekat + 10% αfiber 1310/1550 αfiber 1310/1550 Jumlah sambungan splicer TABEL IV PERHITUNGAN LINK POWER BUDGET Layanan Jarak Total Receiver Daya Downlink/uplink jarak terjauh Downlik/uplink jarak terdekat TABEL V PARAMETER PERHITUNGAN RISE TIME ANALYSIS Indeks bias selubung n2 ABEL PERHITUNGAN RISE TIME ANALYSIS Layanan Pengkodean NRZ Sistem TABEL VII SPESIFIKASI PARAMETER BER Resistansi ekivalen Koefisien redaman kabel optic TABEL VIII PERHITUNGAN BIT ERROR RATE Layanan Signal Power BER 3,99 x 23,93 18,58 x 4,15 x 24,10 55,91 x 3,44 x 23,28 14,63 x 3,64 x 23,53 30,37 x Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... ISSN 2301 – 4156 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Februari 2020 IV. ANALISIS PERANCANGAN A. Potensi Masalah, Dampak dan Penyelesaian Secara umum, potensi masalah yang dapat terjadi saat implementasi perancangan FTTH dapat dibagi menjadi masalah dari sisi manajerial dan masalah dari sisi teknis engineering. Dari sisi manajerial di antaranya adalah terkait manajemen biaya, perekrutan pegawai yang berkualitas, dan batasan regulasi. Sedangkan dari sisi teknis, masalah yang dapat terjadi di antaranya terkait perluasan ke lokasi baru, penerapan topologi jaringan baru, dan memperbesar operasi jaringan. Sistem aerial dari sisi teknis dan perluasan ke lokasi baru lebih mudah dan cepat dibandingkan sistem duct-aerial, tetapi jika penggunaan kabel sistem aerial cukup banyak dan kerapian di dalam instalasi kurang, pemandangan akan terganggu dan perlu instalasi ulang jika terjadi penertiban pada kabel sistem aerial. Pada saat instalasi perangkat FTTH dapat terjadi kesalahan pemasangan perangkat dan ketidakteraturan kabel pada kabinet/terminal akibat peletakan perangkat yang tidak tepat. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan perbaikan instalasi dan merekrut pekerja yang berkualifikasi serta melakukan pengawasan pekerjaan secara kontinu. Selain itu, saat instalasi juga mungkin terjadi macro-bend atau lengkungan besar pada kabel fiber optic. Ini dapat menghilangkan potensi pengem-bangan jaringan teknologi PON generasi berikutnya meng-gunakan panjang gelombang yang lebih panjang, yang sangat sensitif terhadap macro-bend – dan dapat meningkat-kan loss pada fiber optic. Apabila hal ini terjadi, maka harus dilakukan pemeriksaan lokasi terjadinya macro-bend menggunakan Optical Time-Domain Reflector OTDR, mengatur ulang kabel untuk mengurangi lengkungan, dan melakukan tes ulang untuk memastikan masalah sudah terselesaikan. Saat layanan mulai berjalan, permasalahan yang muncul pada FTTH biasanya terkait gangguan pada sinyal atau layanan [12]. Gangguan pada sinyal dapat terjadi karena adanya konektor yang kotor, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dan pembersihan konektor dengan alat pembersih fiber optic fiber cleaning tool. Penyebab lainnya adalah cross konektor, yaitu konektor pada terminal dan splitter disambungkan ke port yang salah. Untuk mengatasinya, dilakukan pemeriksaan PON ID dan pemasangan konektor pada port yang tepat. Splitter yang patah juga dapat menyebabkan layanan terputus, baik pada sebagian atau keseluruhan pelanggan. Karenanya, harus dilakukan tes OTDR untuk mengetahui lokasi splitter yang patah dan menggantinya. Gangguan layanan akibat pemadaman listrik juga dapat terjadi. Oleh karena itu, perlu disiapkan sumber listrik cadangan untuk mengantisipasi hal tersebut. Perubahan nilai BER pada sistem FTTH juga merupakan salah satu penyebab gangguan sinyal dan layanan. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan pemeriksaan kabel yang digunakan, pemeriksaan pembagian penggunaan splitter, serta daya di sisi pemancar perlu dinaikkan. Selain permasalahan yang mungkin muncul tersebut, implementasi hasil perancangan FTTH juga dapat memberi-kan dampak yang berakibat baik positif atau buruk negatif. Dampak positif yang dapat terjadi adalah akses internet menjadi lebih cepat; penggunaan kabel fiber optic pada teknologi FTTH membuatnya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan teknologi yang menggunakan kabel tembaga; terbukanya peluang bisnis untuk memperluas jaringan FTTH ke perumahan lain; serta memungkinkan terciptanya smart city dengan meningkatkan layanan FTTH ke berbagai aplikasi. Adapun dampak negatif pada implementasi FTTH adalah meningkatnya latensi saat broadband bekerja penuh, yang mengakibatkan penurunan kinerja jaringan, serta munculnya persaingan bisnis dengan penyedia FTTH lainnya. B. Analisis Link Power Budget, Rise Time Analysis, Bit Error Rate Hasil perhitungan link power budget, rise time analysis, dan BER terhadap perancangan FTTH yang dilakukan pada sisi downlink dan uplink untuk jarak terjauh dan terdekat terangkum dalam Tabel IX dan Tabel X. Dalam perhitungan downlink untuk jarak terjauh didapatkan nilai Prx, rise time, dan BER masing-masing sebesar -22,792 dBm, 0,258 ns, dan 18,58 x 10. Sedangkan untuk jarak terdekat, nilai Prx, rise time, dan BER yang didapatkan masing-masing -22,712 dBm, 0,258 ns, dan 55,91 x 10. Pada sisi uplink, untuk jarak terjauh didapatkan nilai Prx, rise time, dan BER masing-masing sebesar -23,120 dBm, 0,256 ns, dan 14,63 x 10-12, sedangkan nilai Prx, rise time, dan BER untuk jarak terdekat masing-masing sebesar -22,995 dBm, 0,256 ns dan 30,37 x 10-13. Pada perhitungan link power budget dapat dilihat bahwa panjang kabel jarak yang digunakan memengaruhi besarnya daya yang diterima pada detektor. Semakin panjang kabel, semakin kecil dayanya. Sedangkan pada perhitungan rise time analysis, selisih jarak yang tidak terlalu besar tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap rise time sistem yang dihasilkan. Nilai rise time lebih dipengaruhi oleh panjang gelombang dan bit rate transmisi, sedangkan nilai BER sistem dipengaruhi oleh besarnya daya dan noise. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa perancangan FTTH dari sisi downlink dan sisi uplink untuk jarak terjauh dan terdekat sudah memenuhi persyaratan ITU-T yakni Pr > -28 dBm, rise time total -28 dBm, rise time total < rise time maksimum, dan nilai BER berkisar antara 10-9 sampai dengan 10-12, sehingga usulan rancangan jaringan dapat diimplementasikan. Untuk biaya material dan SDM, sistem aerial membutuhkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan sistem duct-aerial, dengan selisih harga sebesar atau 11,56%. Namun, penggunaan kabel sistem aerial dalam jumlah yang banyak serta kurangnya kerapian di dalam instalasi akan mengganggu pemandangan dan diperlukan instalasi ulang jika terjadi penertiban pada kabel sistem aerial. Perancangan jaringan FTTH ini cocok untuk diterapkan pada perumahan yang memiliki jarak antar rumah yang saling berdekatan. REFERENSI [1] Agrawal, Fiber-Optic Communication Sistems, 4th ed. Rochester, USA John Wiley & Sons, Inc, 2010. [2] R. Topani, Damayanti, dan A. Hartaman, “Perancangan Fiber to the Home FTTH di Perumahan Panorama Indah Purwakarta,” e-Proceeding of Applied Science., Vol. 3, No. 2, hal. 1047-1058, Agt. 2017. [3] Sari, Sugito, dan A. Raporte B., “Perancangan Jaringan Akses Fiber to the Home FTTH dengan Teknologi Gigabyte Passive Optical Network GPON di Wilayah Permata Buah Batu I dan II,” e-Proceeding of Engineering, Vol. 2, No. 2, hal. 3179-3186, Agt. 2015. [4] W. Ningrat dan Ratnadewi, “Perancangan Jaringan Distribusi Fiber to the Home FTTH di Kompleks Batununggal Indah Bandung,” Modern Electrical Engineering Technology and Its Application Seminar, 2016, hal. 69–78. [5] R. Pratama, A. Hambali, dan Pambudi, “Analisis Perbandingan Kinerja Teknologi Gigabit Passive Optical Network GPON dan Gigabit Ethernet Passive Optical Network GEPON Turbo Mode pada Jaringan Passive Optical Network PON,” e-Proceeding of Engineering, Vol. 3, No. 2, hal. 2011-2018, Agus. 2016. [6] Maulana, “Perencanaan Desain Jaringan Metro FTTH di Universitas Indonesia,” Skripsi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, Jul. 2012. [7] F. Pahlawan, Cahyasiwi, dan K. Fayakun, “Perancangan Jaringan Akses Fiber to the Home FTTH Menggunakan Teknologi Gigabit Passive Optical Network GPON Studi Kasus Perumahan Graha Permai Ciputat,” Prosiding Seminar Nasional Teknoka ke-2, 2017, Vol. 2, hal 47-54. [8] Somantri, Hafidudin, dan H. Putri, “Perancangan Fiber to the Home FTTH untuk Wilayah Perumahan Sukasari Baleendah,” e-Proceeding of Applied Science, 2017, Vol. 3, No. 2, hal. 1022–1030. [9] Lestari, Damayanti, dan B. Uripno, “Desain Jaringan Fiber Optic untuk Solusi Cluster Bumi Adipura,” e-Proceeding Appl. Sci., Vol. 4, No. 3, hal. 2421–2429, Des. 2018. [10] B. Dermawan, I. Santoso, dan T. Prakoso, “Analisis Jaringan FTTH Fiber to the Home Berteknologi GPON Gigabit Passive Optical Network,” J. Transm., Vol. 18, No. 1, hal 30-37, Jan. 2016. [11] Salim, “Perencanaan Jaringan Fiber Optic DWDM PT. Bakrie Telecom, Tbk Link Bogor-Bandung,” Skripsi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, Des. 2008. [12] 2018 “Tech Tip Troubleshooting Fiber-to-the-Home,” [Online], tanggal akses 08-Nov-2019. Sahid Ridho Perancangan Jaringan Fiber to ... ISSN 2301 – 4156 ... Selain itu, pada saat ini telah tersedia layanan Fiber to te Home FTTH yang akan memberikan layananlayanan internet bagi setiap anggota keluarga, pada waktu yang bersamaan. [2]. Teknologi dari fiber optik ini disusun untuk menjadi infrastruktur telekomunikasi yang dapat digunakan secara umum atau didalam lingkungan rumah. ...... Where, after the construction of the FTTH design, the author will analyze the feasibility of the design using the calculation of the power budget link. Link power budget calculation is used to calculate the power loss caused by the total attenuation between the output power on the transmitter and the sensitivity in the receiver [8], [18]. ...Popi MariaAprinal Adila AsriYustini YustiniDeddy PrayamaFiber to The Home FTTH is one of the optical networks used for every home in accessing the internet in the form of voice, data, and video. In this study, the authors built an FTTH design from a Handheld Light Source HLS as input, then connected it to ODC. Furthermore, it is connected with ODP, OTP, and ROSET. After building the design, the design was tested using the link power budget calculation method, which is dB. As a result, the design has a total attenuation value of dB which means it meets the standards and can be used. Next, analyze the problems that have the potential to cause macro bending interference in the FTTH home cable installation segment cable. The methods used in this macro bending problem are the HLS calibration method, Optical Power Meter OPM measurement, and Visual Fault Locator VFL macro damage detection. From this analysis, the results of macro bending will be obtained on the parameters of curvature diameter, the number of windings, and the search for critical angles of indoor cable macro bending. This macro bending in-home wiring installations affect the total attenuation value on FTTH. In addition, the macro bending of 3-winded indoor cables with a diameter of cm on each winding still meets the standards in the FTTH design. However, for macro bending 5 windings with a diameter of cm, each winding can cause the total attenuation value of FTTH to pass the Link power budget and ITU-T G984.... Dengan kelebihan yang dimiliki oleh kabel serat optik maka tentunya masyarakat merasakan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, seperti adanya layanan internet, panggilan telepon berupa suara dan video, serta smart TV television, sehingga dengan layanan internet bisa menikmati siaran TV lokal hingga mancanegara. Banyaknya kebutuhan masyarakat akan layanan internet dan berbagai jenis layanan multimedia yang dapat diakses, maka dibutuhkan arsitektur jaringan yang dapat mendukung hal tersebut yaitu jaringan Fiber To The Home FTTH [2]. Pada perancangan jaringan FTTH ini penulis menggunakan Optical Light Source OLS sebagai pengganti Optical Line Termination OLT untuk sumber pemancar sinyal optik. ...Rifaa Dhiyannisa YuselianiFiber To The Home FTTH is a network that uses fiber optics. One of the devices on FTTH is optical distribution point ODP. There are two methods of ODP installation, namely by connecting aerial cables directly to ODP and branching. Branching is a method of branching FTTH devices. In previous studies branching was carried out in the closure. However, in the study there was a drawback, namely the branching in the closure must be carried out by connecting fiber optic cables which requires high accuracy. Therefore, this study discusses branching in ODP with the 1 2 passive splitter method and dropcore cable. Therefore, with this method branching can be done without connecting fiber optic cables. The result of this study is branching with a 12 passive splitter, one of the outputs to the ODP Closure Area of the passive splitter 18 has a high attenuation value when at the customer's home, which is compared to other outputs in the passive splitter 12 directly connected to the OTB has a attenuation value of In contrast to branching, using a dropcore cable to the ODP passive splitter 14 as a branching tool produces a attenuation value of which is in accordance with the standards for all four outputs. The high attenuation value affects the quality of the network in the customer's home. Therefore, good branching is to use a dropcore cable. The allowable attenuation value in the customer's home is less than 28dB in accordance with itu-T standard.... Based on passive optical network technology, it can be implemented from a further distance and carry a higher bandwidth than the conventional copper network. FTTH offers a range of entertainment in a single fiber cable, voice, data, and video triple play while being "future-proof" Ridho et al., 2020. It supports easy configuration and future enlargement of a network. ... Rima AdiatiApriani KusumawardhaniHeru SetijonoFTTH design is a crucial step to ensure the best performance of the optical link. In this paper, an FTTH-GPON network is designed, and its performance is analyzed using an optical link power and rise time budget. In the residence of 254 users, at least eight feeder cable cores are needed, with respective ODCs and ODPs. The design satisfies the link power budget with the lowest power margin of dB/ dB upstream/downstream in its furthest distance. The highest rise time for the system is 0,2236 nm. The FTTH configuration satisfies ITU-T GPON standard.... Dengan program pengabdian kepada masyarakat ini kami mencoba menawarkan solusi untuk warga Graha Sudirman dalam bidang teknologi yaitu pemanfaatan Teknologi EPON pada Fiber to the Home FTTH Gosselin, 2017, diharapkan dengan adanya teknologi ini bisa menerapkan perumahan cerdas berbasis IT Ridho, 2020 ...Willy Permana Putra A. SumarudinKurnia Adi CahyantoGraha Sudirman housing started its construction in 2012, Graha Sudirman itself is located in thecenter of Indramayu city. Graha Sudirman housing has implemented an internet network to support ITbasedsmart housing. In this case, it is still based on simple fiber optics. This network has limitations interms of QoS on the client side. One of the initiators of IT-based smart housing is the housing coordinator,namely Mr. Khaerul Anam. In this Community Service program, we try to apply FTTH technology inGraha Sudirman housing to support IT-based smart housing. This service is expected to assist partners inimplementing IT-based smart housing programs both in terms of infrastructure and applications. From theresults of the implementation, the fiber optic attenuation output in each house ranges from -13dB to -25dB,this is due to many factors ranging from the type of fiber cable to the splicing or installation process. Forspeed, from -13dB to -25dB, you can still get 902 Mbps of bandwidth. This speed will decrease if it exceeds-29dB and above, even for connections it can be Krisna Andika PutraGede Sukadarmika Ngurah Indra ErIntisari— Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proyeksi pertumbuhan pelanggan dan trafik pada cluster sumbersari dalam lima tahun. Penelitian ini memiliki tiga tahapan yaitu pengumpulan data pelanggan dan trafik, membuat proyeksi pertumbuhan pelanggan dan trafik serta menganalisa proyeksi pertumbuhan pelanggan dan trafik di cluster sumbersari. Hasil dari penelitian ini yaitu pada jaringan eksisting cluster sumbersari menggunakan jaringan gigabit passive optical network dengan arsitektur fiber to the home dengan cascading passive splitter 18 dan 18. Cluster sumbersari memiliki kapasitas 512 pelanggan home pass dan 323 pelanggan eksisting yang sudah terpasang home connected dengan nilai take up ratio 63% dan juga cluster sumbersari memiliki trafik maksimum rata – rata sebesar 454 Mbps dengan kapasitas trafik 1000 Mbps. Cluster sumbersari memiliki proyeksi pertumbuhan pelanggan pada tahun 2026 sebesar 605 pelanggan sehingga perlu adanya ekspansi untuk memenuhi kebutuhan proyeksi pertumbuhan pelanggan. Cluster sumbersari memiliki proyeksi pertumbuhan trafik pada tahun 2026 sebesar 805 Mbps sehingga tidak perlu adanya penambahan kapasitas trafik. Kata Kunci— Take up ratio, homepass, homeconnected, trafficI Gusti Ngurah Arya Tri AndhikaGede Sukadarmika Ngurah Indra ErIntisari— Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jaringan yang lebih efektif dan kualitas jaringan eksisting, Desain Alternatif A, dan Desain Alternatif B pada Cluster Wongaya. Metode penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu, pemetaan lokasi, perancangan jaringan FTTH-GPON, pengujian kualitas jaringan, dan proyeksi estimasi traffic pada jaringan eksisting. Jaringan eksisting memiliki 368 homepass, dengan home connected 259 User. Pengujian dilakukan pada FAT Terjauh untuk pengukuran lapangan didapatkan redaman output -20,11 dBm, pengujian pada optisytem mendapatkan redaman output -19,954 dBm, dan berdasarkan hasil perhitungan link power budget didapatkan redaman output -20,399 dBm. Jaringan eksisting ini memiliki proyeksi lima tahun kedepan sebesar 462 user. Desain Alternatif A memiliki 496 homepass. Penelitian ini dilakukan pada FAT terjauh pengujian pada optisytem mendapatkan redaman output -19,704 dBm, dan berdasarkan perhitungan link power budget didapatkan redaman output -20,7414 dBm. Desain Jaringan Alternatif B memiliki 256 homepass. Hasil penelitian ini dilakukan pada FAT terjauh pengujian pada optisytem mendapatkan redaman output -16,765 dBm, dan berdasarkan perhitungan link power budget didapatkan redaman output -17,09175 dBm. Berdasarkan hasil pengujian ini Desain Alternatif A merupakan desain yang efektif digunakan karena dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dalam lima tahun dengan kualitas sesuai standar ITU-T dan Perusahaan. Kata Kunci— FTTH, GPON, redaman, homepass, homeconnected, link power Irsal MI Yuliarman SaragihCurrently the public's need for internet network access for voice, data and video services continues to increase, to run these services requires very high bandwidth and internet speed. Fiber To The Home FTTH is a telecommunications service architecture that utilizes optical network transmission media that supports transmission at bandwidth and internet speeds of up to 100 Mbps. Therefore, it is necessary to develop the FFTH network for areas that do not have internet network access such as the Royal Residence Karawang housing, the development of the FFTH network requires a good design in order to determine the number of devices needed and minimize the use of costs. To design the FTTH Network, the Google Earth Pro application is used to determine the area of the Polygon, the coordinates of the Optical Distribution Point, Poles and Optical Distribution Cabinet. In designing, determining the number of devices and the coordinates of the devices to be installed. Keywords FTTH; Google Earth Pro; Telecommunication ABSTRAK Saat ini kebutuhan masyarakat akan akses jaringan internet untuk layanan suara, data dan video terus meningkat, untuk menjalankan layanan tersebut membutuhkan bandwidth dan kecepatan internet yang sangat tinggi. Fiber To The Home FTTH adalah arsitektur layanan telekomunikasi yang memanfaatkan media transmisi jaringan optik yang mendukung transmisi pada bandwidth dan kecapatan internet mencapai 100 Mbps. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan jaringan FFTH untuk daerah yang belum memiliki akses jaringan internet seperti perumahan Royal Residence Karawang, pengembangan jaringan FFTH memerlukan desain yang baik agar dapat menentukan jumlah perangkat yang dibutuhkan dan meminimalkan penggunaan biaya. Untuk merancang Jaringan FTTH, digunakan aplikasi Google Earth Pro untuk menentukan luas Polygon, koordinat Optical Distribution Point, Tiang dan Optical Distribution Cabinet. Dalam melakukan perancangan dilakukan penentuan jumlah perangkat dan koordinat perangkat yang akan dipasang. Kata Kunci FTTH; Google Earth Pro; TelekomunikasiPerancangan Fiber to the Home FTTH di Perumahan Panorama Indah PurwakartaR TopaniT N DamayantiDan A HartamanR. Topani, Damayanti, dan A. Hartaman, "Perancangan Fiber to the Home FTTH di Perumahan Panorama Indah Purwakarta," e-Proceeding of Applied Science., Vol. 3, No. 2, hal. 1047-1058, Agt. Jaringan Akses Fiber to the Home FTTH dengan Teknologi Gigabyte Passive Optical Network GPON di Wilayah Permata Buah Batu I dan IIV M P SariDan A SugitoB Sari, Sugito, dan A. Raporte B., "Perancangan Jaringan Akses Fiber to the Home FTTH dengan Teknologi Gigabyte Passive Optical Network GPON di Wilayah Permata Buah Batu I dan II," e-Proceeding of Engineering, Vol. 2, No. 2, hal. 3179-3186, Agt. Jaringan Distribusi Fiber to the Home FTTH di Kompleks Batununggal Indah BandungW Ningrat Dan RatnadewiW. Ningrat dan Ratnadewi, "Perancangan Jaringan Distribusi Fiber to the Home FTTH di Kompleks Batununggal Indah Bandung," Modern Electrical Engineering Technology and Its Application Seminar, 2016, hal. Perbandingan Kinerja Teknologi Gigabit Passive Optical Network GPON dan Gigabit Ethernet Passive Optical Network GEPON Turbo Mode pada Jaringan Passive Optical Network PONR PratamaA HambaliA D PambudiR. Pratama, A. Hambali, dan Pambudi, "Analisis Perbandingan Kinerja Teknologi Gigabit Passive Optical Network GPON dan Gigabit Ethernet Passive Optical Network GEPON Turbo Mode pada Jaringan Passive Optical Network PON," e-Proceeding of Engineering, Vol. 3, No. 2, hal. 2011-2018, Agus. Desain Jaringan Metro FTTH di Universitas IndonesiaA J Maulana, "Perencanaan Desain Jaringan Metro FTTH di Universitas Indonesia," Skripsi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, Jul. Jaringan Akses Fiber to the Home FTTH Menggunakan Teknologi Gigabit Passive Optical Network GPON Studi Kasus Perumahan Graha Permai CiputatF PahlawanD A CahyasiwiDan K FayakunF. Pahlawan, Cahyasiwi, dan K. Fayakun, "Perancangan Jaringan Akses Fiber to the Home FTTH Menggunakan Teknologi Gigabit Passive Optical Network GPON Studi Kasus Perumahan Graha Permai Ciputat," Prosiding Seminar Nasional Teknoka ke-2, 2017, Vol. 2, hal Fiber to the Home FTTH untuk Wilayah Perumahan Sukasari BaleendahF R SomantriDan H Somantri, Hafidudin, dan H. Putri, "Perancangan Fiber to the Home FTTH untuk Wilayah Perumahan Sukasari Baleendah," e-Proceeding of Applied Science, 2017, Vol. 3, No. 2, hal. Jaringan Fiber Optic untuk Solusi Cluster Bumi AdipuraV A LestariT N DamayantiDan B Lestari, Damayanti, dan B. Uripno, "Desain Jaringan Fiber Optic untuk Solusi Cluster Bumi Adipura," e-Proceeding Appl. Sci., Vol. 4, No. 3, hal. 2421-2429, Des. Jaringan FTTH Fiber to the Home Berteknologi GPON Gigabit Passive Optical NetworkB DermawanI SantosoDan T PrakosoB. Dermawan, I. Santoso, dan T. Prakoso, "Analisis Jaringan FTTH Fiber to the Home Berteknologi GPON Gigabit Passive Optical Network," J. Transm., Vol. 18, No. 1, hal 30-37, Jan. Jaringan Fiber Optic DWDM PT. Bakrie Telecom, Tbk Link Bogor-BandungD A Salim, "Perencanaan Jaringan Fiber Optic DWDM PT. Bakrie Telecom, Tbk Link Bogor-Bandung," Skripsi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, Des. 2008.
CoaxialCable Adalah suatu jenis kabel yang menggunakan dua buah konduktor. Pusatnya berupa inti kawat padat yang dilingkupi oleh seka
Totalsegmen kabel adalah 4 buah; Maksimum jumlah segmen yang terdapat node adalah 3; Jarak terdekat antar station minimum adalah 2,5 m; Maksimum jumlah station dalam satu segmen kabel adalah 100; Maksimum panjang kabel AUI ke node 50 m; Maksimum panjang keseluruhan dengan Repeater 2500 m; Awal dan akhir kabel diberi Terminator 50 ohmp>The development of increasingly sophisticated technology follows the needs of the community, one of them in the telecommunications world is FTTH Fiber to the Home which is an optical signal delivery format from the center of the provider to the homes of costumers by using optical fiber as a medium of delivery. Delivery by using this FTTH technology can save costs and provide better service to customers. The study was conducted by interview and observation methods with network objects and FTTH components belonging to Telkom Semarang and through the literature method by searching some literature. FTTH configuration starts with the ONT to rosette connected using a patchcord cable then from rosette to OTP using an indoor cable then from OTP to ODP outside the home is connected using a dropcore cable. ODP itself is the result of the distribution of distribution cables/ aerial cables leading to ODC. ODC to STO/FTM/ODF using feeder cable. FTTH network is very effective to use, because it can use triple play services telephone, internet and IPTV with just 1ONT/ modem at the customer’s side. Agarlebih mudah dalam menghafal bisa menggunakan kata kunci "BOHCAP MEHIKUVIPITOS" masing masing tube berisi 12 fiber core yang dimulai dari warna biru sampai dengan toska, dan setiap kabel maksimum berisi 12 tube, sehingga total dalam satu kabel maksimum berisi 144 fiber atau core. ini tergantung spesifikasi jumlah core pada masing masing kabel.
Jenis Kabel Fiber Optik Berdasarkan Jumlah Core Kabel fiber optik merupakan sebuah kabel penyalur data transmisi yang terbuat dari helaian serat kaca murni yang panjang, tipis, dan berdiameter sangat kecil. Kabel serat optik ini berguna untuk mengantarkan data digital berupa sinar pada jarak yang sangat jauh dari Jenis Kabel Fiber Optik Berdasarkan Jumlah Core yang beredar dipsaran. Serat kaca memiliki indeks bias yang besar sehingga mampu mentransmikan data-data yang dimodulasikan pada gelombang cahaya. Itu sebabnya fiber optik memiliki kemampuan mentransfer data dengan kecepatan yang sangat tinggi dan banyak digunakan sebagai penghubung network acces provider. Adapun kabel fiber optik terdiri atas core, cladding, dan buffet coating. Core merupakan bagian inti berupa kaca tipis untuk mengirimkan cahaya. Cladding atau jaket merupakan pelindung inti yang akan memantulkan cahaya ke dalam inti, sedangkan buffer coating atau pelindung jaket merupakan pelapis berbentuk plastik untuk melindungi serat dari kerusakan. Berdasarkan core atau bentuk intinya, Jenis kabel fiber optik dibedakan menjadi 2, yaitu Single-mode Fiber Jenis ini memiliki inti atau core yang sangat kecil, yaitu dengan diameter inti sekitar 0,00035 inci atau 9 micron. Kabel fiber optik single-mode ini langsung mentransmisikan data melalui cahaya dan melewati inti secara lurus. Hal itu disebabkan oleh posisi kabel yang lurus tanpa terlilit satu dengan lainnya sehingga tidak ada cahaya yang memantul ke dinding inti. Single-mode fiber banyak digunakan pada jaringan komputer dengan jangkauan jarak jauh, kapasitas bandwith yang besar, dan area yang sangat luas. Pulsa cahaya pada single-mode fiber ditembakkan dengan gelombang panjang 1310 sampai 1550 nanometer. Multi-mode Fiber Jenis kabel fiber optik ini memiliki inti atau core yang lebih besar daripada single-mode fiber. Ukuran diameternya kurang lebih 0,0025 atau 62,5 micron. Dengan jumlah inti yang lebih dari satu, data yang ditransmisikan melalui cahaya bekerja dengan cara saling memantul ke dinding-dinding inti atau core. Pulsa cahaya pada multi-mode fiber ditembakkan dengan panjang gelombang 850 sampai 1300 nanometer. Dengan kabel fiber optik, pulsa cahaya yang ditembakkan akan ditransmisikan dari host lalu ke server. Transmitter kemudian akan menembus serat-serat kaca sehingga mencapai receiver dalam waktu sangat singkat. Kecepatan transfernya mencapai satuan giga byte per second. Dibandingkan kabel tembaga, kabel serat optik terhitung lebih unggul dalam beberapa hal, di antaranya, bandwidth-nya lebih lebar, tidak mudah mudah terbakar, kerahasiaan datanya lebih terjamin, dan lebih ekonomis dari segi harga, untuk melihat kekurangan dan kelebihan fiber optik silahkan cek disini Nah, itu tadi sedikit ulasan tentang jenis kabel fiber optik, semoga bermanfaat.